Saat Aku Jatuh Cinta Pada Adik Temanku

Kode Iklan Anda di sini
Aku punya 4 teman karib, mereka adalah Cahya, Jejen, Nurudin dan Toto. Setiap hari kami saling kunjung-mengunjungi rumah masing-masing. Kadang aku ke tempat mereka dan kadang mereka ke tempatku. Namun rumah yang paling sering kami jadikan tempat berkumpul adalah rumahku dan rumah Cahya.

Cahya adalah anak tertua di keluarganya. Ia masih punya dua orang adik perempuan. Satu duduk di kelas 1 SMA berusia 16 tahun dan yang paling kecil berusia 9 tahun di tempatkan di salah satu pesantren di kota Ciwaringin sambil bersekolah. Sementara orangtua Cahya berprofesi sebagai supplier ikan segar. Setiap hari orangtua nya pergi ke pasar dan ke berbagai tempat untuk menjual dan membeli berbagai jenis ikan.

Entah karena seringnya bertemu atau hal lainnya, aku sepertinya menaruh rasa suka kepada adik perempuan Cahya, sebut saja namanya Aina. Ia adalah gadis yang sangat pemalu, rajin dan memiliki wajah yang cantik dan teduh.


Setiap kali kami bertatap mata, aku merasakan getaran aneh di dadaku. Dan tak seperti saat ia bertemu dengan teman-temanku yang lain, Aina selalu tersipu saat bertemu denganku. Aku merasa bahwa Aina juga suka padaku.

Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menulis sepucuk surat yang menyatakan perasaanku padanya. Aku titipkan surat itu pada salah satu teman dekat Aina. Dua hari kemudian, aku menerima balasan surat darinya. Aku dengan perasaan was-was, membuka surat beramplop biru muda itu dengan perlahan. Sesaat mataku menatap lama sebuah tulisan..

"Sasan.. aku juga mencintaimu. Itulah jawabanku".

Sungguh perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan. Aku sangat bahagia. Aku bahkan tak bisa menahan untuk tersenyum di depan teman-temanku yang kemudian bertanya ada apa denganku?, kenapa senyum-senyum sendiri?, lagi jatuh cinta ya?, dan masih banyak lagi pertanyaan lain.

Sejak saat itu kami resmi berpacaran. Tapi tak pernah bisa duduk dan bicara berdua. Kami sungguh takut dan malu untuk mengakui perasaan kami dan memberitahukannya kepada orang lain termasuk Cahya dan keluarganya. Pacaran kami hanya sebatas saling tatap dan tersenyum. Itu saja.

Sahabat remaja juga bisa membaca artikel : Cintaku untuk Puput Akhirnya Kuserahkan Kepada Kakaknya

Sampai akhirnya, aku meneruskan kuliah di kota lain. Komunikasi antara aku dan Aina pun terputus. Maklum saat itu belum ada telfon genggam seperti sekarang. Aina juga tidak memiliki pesawat telfon di rumahnya. Namun aku masih menyimpan perasaan indah itu hingga suatu hari aku mendengar bahwa Aina telah menikah dengan orang lain setelah ia lulus sekolah.
Kode Iklan Anda di sini

Related Posts:

Terima kasih telah membaca artikel di DuniaRemaja.xyz. Silahkan tinggalkan komentar sahabat. Komentar berisi link dan promosi produk tidak akan ditampilkan.

Back To Top